Value Added Services = Profit Added Opportunity


 

 

 

IMAG2146

Setelah beres konferensi ETAR 2014, akhirnya atmosfer liburan di Bali baru terasa. Tempat pertama yang dituju adalah pantai, tempat yang paling jauh jika sedang berada di Bandung :p

Setelah diingat-ingat, terakhir saya menikmati pantai adalah 9 bulan yang lalu. Ooohh… what a day. Alhamdulillah… Saat itu saya cuma ingin sekedar duduk-duduk di pasir pantai sambil menikmati laut, ombak, dan atmosfernya. Sore itu cuacanya pas banget, karena sore dua hari sebelumnya cuaca mendung bahkan sempat turun hujan. Meskipun misalnya sore dua hari yang lalu cerah, tetap saja saya belum bisa kemana-mana karena masih ada acara. Hehehe..

Belum begitu lama acara duduk-duduk berlangsung, tiba-tiba ada 2 pasangan turis asing yang datang bersama dua orang lokal berkostum khusus surfing (wetsuit) di depan saya. Terbaca sekilas di baju mereka tulisan “Surf School” dan di lengan baju pemuda lokal terlihat tulisan “Instructor”. Ternyata masing-masing pasangan tersebut adalah peserta kursus surfing yang dilatih oleh seorang instruktur lokal. Tidak lama sang instruktur sudah memberikan arahan dan mencontohkan beberapa teknik surfing kepada peserta kursus tersebut.

Acara duduk-duduk santai (kayak di pantai. indeed :D) jadi “terganggu” oleh kegiatan kursus surfing tersebut. Saya jadi memperhatikan beberapa kegiatan mereka. Saya berpikir jika konsep kursus surfingnya konvensional alias instruktur cuma sekedar mengajarkan surfing belaka, instruktur memang sudah mendapatkan penghasilan. Tapi kursus surfing yang saya lihat ini sepertinya berpikir kreatif, saya lihat mereka menerapkan value added services.

Beberapa hal yang bisa dikategorikan value added services dari kursus surfing sehingga bisa menambah penghasilan mereka antara lain adalah:

  • Peserta memakai kostum khusus surfing selama kursus berlangsung. Bagi peserta kursus, service ini bermanfaat karena peserta tidak perlu sengaja membeli kostum khusus apalagi bagi yang tidak membawa pakaian renang. Karena berlengan panjang, kostum ini bermanfaat juga melindungi mereka dari sengatan matahari. Bagi kursus surfing tentu ada tambahan penghasilan karena menyewakan kostum khusus ini, belum lagi efek promosinya ketika dikenakan di area umum (pantai) tempat mereka belajar surfing.
  • Dokumentasi latihan darat. Saat instruktur memberikan arahan, saya melihat ada petugas khusus yang mengambil foto kegiatan tersebut. Hal ini tentu bermanfaat bagi peserta kursus yang ingin memiliki dokumentasi selama kursus. Hal ini pun berdampak promotif bagi orang lain yang melihat. Bagi yang ingin belajar surfing, mungkin ada yang berpikir “Nanti saya mau belajar surfing di tempat kursus itu ah, soalnya difoto-foto jadi bakal punya dokumentasi buat nunjukin ke temen-temen”. Simple, effective, and makes another money, isn’t it.
  • Dokumentasi latihan air. Setelah latihan darat selesai, peserta kursus kemudian masuk ke sesi latihan air. Saat latihan di air, kembali ada petugas yang mengambil foto dengan kamera DSLR berlensa panjang. Saya memprediksi foto peserta kursus yang sedang berlatih dengan papan surfing di laut itu akan terlihat bagus. Peserta kursus tidak perlu repot membawa waterproof case, meminta orang lain untuk mengambil foto, atau bahkan membeli dulu kamera berlensa panjang. Keinginan narsis peserta kursus tetap akan terakomodir. Haha..

Dari ketiga hal itu, tentunya harga yang ditawarkan oleh kursus surfing ini tidak akan sama dengan yang hanya sekedar menawarkan latihan surfing biasa. Selama bermanfaat, peserta kursus sepertinya rela untuk mengeluarkan uang lebih banyak demi value added services.

 

IMAG2149

 

 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi

*ditulis saat batal berangkat ke puncak acara Peringatan Hari Anti Korupsi 2014 di Telkom University


Leave a Reply