Key Success Factor Industri Pariwisata Bali


30c0f028f36b8b17be4dd5e120b66116

Jika kita berpikir bahwa faktor penentu keberhasilan industri pariwisata adalah sebatas sarana wisata fisik, hal ini adalah keliru. Keberadaan hotel, bandara, terminal, restoran, penerbangan, bis, taksi, pemandu wisata, obyek wisata, dan sarana-sarana fisik lainnya memang betul dibutuhkan oleh wisatawan, namun demikian ada hal lain yang sebenarnya lebih esensial.

Saat ke Bali untuk mengikuti sebuah konferensi pada November 2014 kemarin, saya baru memahami key success factor majunya industri pariwisata di sana. Hal tersebut tercermin setidaknya ketika saya menyewa sepeda motor sebagai sarana transportasi selama di Bali. Saya memilih sepeda motor karena hanya bepergian sendiri dan mengingat lalu lintas di Bali yang sudah sering macet di berbagai tempat.

Beberapa hal menarik yang ditemui dan saya anggap sebagai faktor esensial pariwisata Bali antara lain:

  • “Ini STNKnya foto kopi mas, tapi aman kok. Polisi sudah tahu kalo motor/mobil sewaan”. Pernyataan tersebut terlontar dari pemilik jasa penyewaan saat serah terima sepeda motor. Sesuai aturan, kendaraan di jalan raya harus dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Namun jika STNK asli dibawa bersama penyewa, tentunya pemilik/penjual jasa sewa sepeda motor akan merasa khawatir adanya potensi pencurian. Jika memang benar pihak kepolisian sudah mengetahuinya, hal ini tentu membantu perkembangan industri pariwisata. Berbagai instansi pemerintah seperti ini (tidak hanya dinas pariwisata) memang sebaiknya dapat menghasilkan kebijakan yang mendorong iklim pariwisata yang kondusif. Bentuk geografis Bali sebagai pulau kecil pun memberikan keuntungan untuk kemudahan pemblokiran akses keluar pulau apabila terjadi pencurian.
  • Selama parkir di berbagai tempat, saya cukup menggantungkan helm di kaca spion sepeda motor tanpa takut hilang. Saya tidak harus membawa helm turun atau menitipkan ke tempat penitipan helm seperti di kota lain. Hal ini menunjukkan keamanan wilayah di Bali. Secara tidak langsung mencerminkan juga kepedulian masyarakat Bali bahwa adanya pencurian akan mencemarkan Bali dan membuat wisatawan tidak akan datang kembali ke Bali.
  • Karena waktu itu adalah pengalaman pertama menyewa sepeda motor, saya sempat menanyakan keberadaan kunci ganda saat serah terima. Pemilik jasa penyewaan sepeda motor hanya tertawa kecil dan menjawab bahwa dia kesulitan mencari toko yang menjual kunci ganda tersebut. Saya tidak mengecek lebih lanjut pernyataannya dengan mendatangi toko penjual aksesoris sepeda motor satu per satu. Repot amat. Hehehe… Jika hal ini memang benar berarti Bali dapat dikatakan aman. Lagi-lagi terlihat kepedulian masyarakat Bali bahwa adanya pencurian akan mencemarkan Bali dan membuat wisatawan tidak akan datang kembali ke Bali.

Dari beberapa hal tersebut saya dapat memahami mengapa Bali sukses sebagai tujuan wisata. Key success factor Bali bukan hanya banyaknya sarana wisata fisik, yang lebih penting lagi adalah adanya kesadaran bersama akan pentingnya lingkungan aman dan tertib, sehingga pariwisata pun terdorong maju. Percuma pelaku industri pariwisata berupaya sedemikian rupa jika masyarakat umum tidak peduli pentingnya suasana kondusif untuk pariwisata. Semoga key success factor ini dapat ditiru oleh daerah lain dan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang jumlahnya masih 1/3 dari Malaysia dan 1/2 dari Singapore (kunjungan tahun 2013: Indonesia 8.8 juta orang, Malaysia 25.72 juta orang, Singapore 15.6 juta orang). Menghadapi persaingan sektor pariwisata yang ketat dan ASEAN Economic Community 2015, tidak ada pilihan lain bagi semua pemangku kepentingan harus bergerak lebih cepat jika tidak ingin selalu tertinggal. Semoga…

Referensi:

  • http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=16¬ab=14
  • http://corporate.tourism.gov.my/research.asp?page=facts_figures
  • https://www.stb.gov.sg/statistics-and-market-insights

Leave a Reply